Tuesday, April 16, 2013

Ujian yang Tertunda

Berhubung di timeline twitter gue penuh dengan hastag #BatalkanUN, gue jadi kepengen nulis nih... Entah siapa yang duluan memulai duluan, yang pasti sekarang timeline gue penuh curahan-curahan yang berujung dengan hastag #BatalkanUN. Berikut beberapa twittnya yang gue kutip : 

" ini penerus bangsa bukan kelinci percobaan #BatalkanUN "

" generasi penerus tidak sepantasnya digantung masa depanya seperti ini ! #BatalkanUN "

" anggaran UN lebih baik disalurkan buat warga yang tidak mampu, mereka lebih membutuhkan... #BatalkanUN "

Sampe ada yang nge-twit ekstrim kayak gini :

" batalkan UN demi kelangsungan hidup anak muda. Saya akan diusir dari rumah jika tidak lulus UN #BatalkanUN "

" Cukup dia saja yang menggantung perasaan saya ini ! sakit pak ! sakiiiiiit ! anda seharusnya juga jangan ikut-ikutan menggantungkan perasaan saya ini ! #BatalkanUN "

Saya maklumlah dengan kondisi teman-teman sekalian. Pasti kalau saya berada diposisi kalian, saya juga akan melakukan hal yang sama seperti yang kalian lakukan sekarang ini. Tapi coba dipikir-pikir lagi, apakah dengan kalian melancarkan 'demo' seperti ini. pak menteri akan menghentikan jadwal UN yang sudah ditetapkan ? Saya rasa jawabannya tidak, UN akan tetap berjalan sesuai dengan keadaan yang ada. Wajar kalau kalian protes jika keadaannya sudah seperti ini. Tapi kepada siapa kita harus protes ? Pemerintah ? Hah ! Mustahil ! Saya rasa percuma kita protes kepada pemerintah. Ibarat semut yang berteriak meminta makan kepada sang elang yang sedang terbang, percuma. Demo-demo yang telah kita lakukan, nggak bakalan digubris sama sekali. Saran gue sih, mending waktu dan tenaganya disimpan buat belajar dan istirahat. Jangan terlalu berharap yang tinggi-tinggi. Ingat, kita hanyalah seekor semut dan mereka adalah sekor elang yang terbang.
Menurut kabar yang ada, katanya mereka sudah meminta maaf atas kejadian ini, tapi coba kalian pikir apakah maaf saja sudah cukup ? Tidak, pasti tidak !!!

Kalau dipikir-pikir, ternyata lucu juga... Ketika kita tidak mengikuti aturan dengan benar, kita menerima sangsi yang fatal yaitu tidak lulus sekolah, tapi mereka ? Mentang-mentang mereka yang membuat peraturan, terus mereka senaknya bisa melanggar peraturan yang mereka buat ? Seharusnya mereka juga dikenakan sangsi yang sama seperti kita ! Memang benar kalau peraturan di negara ini memang dibuat untuk dilanggar, tapi yang bisa melanggar peraturan-peraturan tersebut hanyalah mereka 'sang pembuat peraturan', kita sebagai 'penikmat' hanya bisa melihat dan merasakan sangsi ketika kita tidak mengikuti aturan dengan benar. Adil ? Pikirin aja ndeeeereeee~

Segini dulu postingan gue kali, mudah-mudahan postingan ini bisa membantu teman-teman sekalian yang ingin mencurahkan kekesalan kepada 'sang pembuat peraturan'.  Terakhir dari gue buat teman-teman sekalian : Jangan pernah menerjang arus yang ada, arungi saja, suatu saat kalian pasti akan bertemu dengan muara yang kalian inginkan.

3 comments: