Friday, May 31, 2013

Gondrong Juga Manusia

"Bonding" atau "Gunting", dua kata itu sering kali menghiasi kehidupan gue. Memang penampilan rambut gue sekarang udah beda 100% dari dari yang dulu. Ya, sekarang mereka menjadi liar karena udah hampir 6 bulan lebih rambut gue udah nggak bergaul lagi dengan gunting atau alat pencukur lainnya. Semua yang gue lakuin ini semata-mata untuk balas dendam. Kenapa ? Karena waktu sekolah dulu, rambut gue sempat digunting beberapa kali oleh guru-olahraga-yang-tidak-bisa-disebutkan-namanya karena peraturan sekolah yang mengharuskan rambut para siswanya untuk selalu dalam keadan rapi. Sampe sekarang gue heran, kenapa sih rambut para siswi boleh dipanjangin sewaktu sekolah, sedangkan kami (para siswa) diwajibkan untuk selalu berpenampilan rapi alias rambut pendek ? Ini namanya diskriminasi para siswa. Mana emansipasi kami sebagai laki-laki ? Seandainya Kartono masih hidup, mungkin dia akan sedih melihat keadaan para siswa yang seperti ini... Gue harap, semoga di kalimat terakhir tadi lu nggak nanya siapa itu Kartono. Amin.

Selain balas dendam sewaktu SMA, gue juga pengen balas dendam ketika pertama kali gue masuk di Universitas Sam Ratulangi tempat gue menuntut ilmu. Peraturan disana mengharuskan para mahasiswa yang baru masuk untuk ngebotakin rambutnya. Dan tentu saja rambut para mahasiswi baru masih utuh alias panjang seperti sedia kala. Adil ?... Buat mereka (baca : rambut) yang telah gugur dimedan pencukuran, dengan ini saya berjanji akan membalaskan dendam kalian, tenang saja. Hidup Kartono ! #nowPlaying : Petugas Upacara - Hening Cipta

Menjadi gondong memang  merupakan salah satu cita-cita gue yang berlandaskan balas dendam. Sebenarnya sudah dari SMA saya dan beberapa teman saya merencanakan untuk gondrong ketika kuliah. Iseng-iseng doang sih, itung-itung sambil ngeliat sisi lain kita aja, emangnya kalian nggak pengen ngeliat sisi lain kalian seperti apa ?. Penasaran kan pengen nge-lihat sisi lain kalian seperti apa ? Ayo gondrongin rambut kalian sekarang juga... Salam laskar gondrong !

Tapi jadi gondrong itu ada "pahit"-nya juga, apalagi jadi gondrong kribo seperti gue. Rambut lu otomatis bakalan susah untuk menjalin hubungan dengan sisir. Hampir setiap kali gue ke kampus, rambut gue selalu acak-acakkan gak karuan karena diterpa angin sewaktu naik motor, padahal itu udah disisir lho. Nasip, nasip... Rambut gue juga pernah dikataain wig banci sama teman sekelas gue waktu SMA dulu.

"Hei, Audi !"

"Eh, Ditto. Darimana ?"

"Dari kampus.. Ngomong-ngomong, bgemana kabar lu ?"

"Baik, lu ? Eh tunggu... Kok ? Kenapa rambut lu jadi kayak wig banci gini to ?"

"Eh ? itu , hmm.... " 

*Hening panjang*

Mendengar hal itu, entah kenapa dada ini terasa seperti tertancap pedang sewaktu perang. Nyesek. Entah apa yang ada didalam pikiran Audi waktu itu, mungkin dia pikir gue adalah korban pelecehan seksual om-om pedopil yang belum disunat.


Tapi inilah kehidupan, kita harus memilih sebelum keadaan yang memilih kita. Seperti gue yang memilih untuk menjadi gondrong yang kribo. Banyak orang yang merekomendasikan agar supaya rambut gue di re-bonding, catok, smoothing, dsb. Tapi gue menolak itu semua. Kenapa ? Karena gue pengen kehidupan gue jadi kayak rambut. Akan bosan ketika hidup ini terlalu lurus. Kita harus hidup bagaikan rambut kribo yang penuh dengan lika-liku agar supaya kehidupan kita menjadi lebih indah dan berwarna. Salam gondrong penuh kasih ! *pasang emotikon titik dua + shift 8*

5 comments:

  1. ngana punya so talalu gondrong sama dg sayor brokoli, gondrong kong padat

    ReplyDelete
  2. recomended :
    Treseme shampo-conditioner (setiap mandi)
    hair tonic"jhonny andreas" (setelah mandi)
    pantene hair mask (kalu mo bapontar)
    durex (buat tutup kepala)

    selamat mencoba.....

    ReplyDelete
    Replies
    1. terima kasih atas sar.... wait ! durex ? dafuk men -___-

      Delete